Pada dasarnya setiap orang dapat berkomunikasi satu sama
lainnya karena manusia selain mahluk individu juga sekaligus mahluk sosial yang
memiliki kebutuhan untuk berkomunikasi dengan sesamanya. Namun tidak semua
orang dapat secara trampil berkomunikasi, oleh karena itu perlu dikenali
berbagai cara penyampaian informasi. Kiranya tidak terlalu sulit untuk
mengenali cara-cara penyampaian informasi dalam komunikasi, karena pada
dasarnya kita telah melakukannya dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut cara penyampaian informasi dapat dibedakan
menjadi :
a. Komunikasi Lisan
Komunikasi Lisan adalah komunikasi yang terjadi secara
langsung dan tidak dibatasi oleh jarak, dimana dua belah pihak dapat bertatap
muka, Misalnya dialog dua orang, wawancara maupun rapat dan sebagainya.
Komunikasi tersebut terjadi secara tidak langsung karena dibatasi oleh jarak,
misalnya komunikasi lewat telepon clan sebagainya.
b. Komunikasi Tertulis
Komunikasi Tertulis adalah komunikasi yang dilaksanakan
dalam bentuk surat dan dipergunakan untuk menyampaikan berita yang sifatnya
singkat, jelas tetapi dipandang perlu untuk ditulis dengan maksud-maksud
tertentu. Contoh- contoh komunikasi tertulis ini antara lain:
1. naskah, yang biasanya dipergunakan untuk menyampaikan
berita yang bersifat komplek.
2. blangko-blangko, yang dipergunakan untuk mengirimkan
berita dalam suatu daftar.
3. gambar clan foto, karena tidak dapat dilukiskan dengan
kata-kata atau kalimat.
4. spanduk, yang biasa dipergunakan untuk menyampaikan
informasi kepada banyak orang.
Dalam berkomunikasi secara tertulis, sebaiknya
dipertimbangkan maksud dan tujuan komunikasi itu dilaksanakan. Disamping itu
perlu juga resiko dari komunikasi tertulis tersebut, misalnya aman, mudah
dimengerti dan menimbulkan pengertian yang berbeda dari yang dimaksud.
2. KOMUNIKASI MENURUT KELANGSUNGANNYA
Di dalam proses komunikasi dapat kita ketahui terjadinya
interaksi dua belah pihak tersebut sebagai berikut :
l. Komunikasi Langsung
Proses komunikasinya dilaksanakan secara langsung tanpa
bantuan perantara orang ketiga ataupun media komunikasi yang ada dan tidak
dibatasi oleh jarak.
2. Komunikasi Tidak Langsung
Proses komunikasinya dilaksanakan dengan bantuan pihak
ketiga atau bantuan alat-alat atau media komunikasi.
3. KOMUNIKASI MENURUT PERILAKU
Komunikasi merupakan hasil belajar manusia yang terjadi
secara otomatis,sehingga dipengaruhi oleh perilaku maupun posisi seseorang.
Menurut perilaku,komunikasi dapat dibedakan menjadi :
l. Komunikasi Formal
Komunikasi yang terjadi diantara anggota organisasi /
perusahaan yang tata caranya telah diatur dalam struktur organisasinya,
misalnya rapat kerja perusahaan, konferensi, seminar dan sebagainya.
2. Komunikasi Informal
Komunikasi yang terjadi di dalam suatu organisasi atau
perusahaan yang tidak ditentukan dalam struktur organisasi dan tidak mendapat
pengakuan resmi yang mungkin tidak berpengaruh terhadap kepentingan organisasi
atau perusahaan,misalnya kabar burung, desas-desus, dan sebagainya.
3. Komunikasi Nonformal
Komunikasi yang terjadi antara komunikasi yang bersifat
formal dan informal,yaitu komunikasi yang berhubungan dengan pelaksanaan tugas
pekerjaan organisasi atau perusahaan dengan kegiatan yang bersifat pribadi
anggota organisasi atau perusahaan tersebut, misalnya rapat tentang ulang tahun
perusahaan, dan sebagainya.
Maka dapat diketahui bahwa komunikasi formal, informal
dan nonformal saling berhubungan, dimana komunikasi nonformal merupakan
jembatan antara komunikasi formal dengan komunikasi informal yang dapat
memperlancar penyelesaian tugas resmi, serta dapat mengarahkan komunikasi
informal kepada komunikasi formal.
4. KOMUNIKASI MENURUT MAKSUD KOMUNIKASI
Bila diperhatikan dengan seksama, maka dapat diketahui
bahwa komunikasi dapat terlaksana bila terdapat inisiatif dari komunikator maka
maksud terlaksananya komunikasi lebih banyak ditentukan oleh komunikator
tersebut. Menurut maksud dilakukan komunikasi dapat dibedakan sebagai berikut:
1. Pidato
2. Ceramah
3. Memberi prasaran
4. Wawancara
5. Memberi perintah atau tugas
Dengan demikian jelas bahwa inisiatif komunikator menjadi
faktor penentu,demikian pula kemafipuan komunikator tersebutlah yang memegang
peranan keberhasilan proses komunikasinya.
Jaringan Komunikasi
Jaringan komunikasi adalah saluran yang digunakan untuk
meneruskan pesan dari satu orng ke orang lain. Jaringan ini dapat dilihat dari
dua perspektif. Pertama, kelompok kecil sesuai dengan sumberdaya yang
dimilikinya akan mengembangkan pola komunikasi yang menggabungkan beberapa
struktur jarngan komunikasi. Jaringan komunikasi ini kemudian merupakan sistim
komunikasi umum yang akan digunakan oleh kelompok dalam mengirimkan pesan dari
satu orang keorang lainnya. Kedua, jaringan komunikasi ini bias dipandang sebagai
struktur yang diformalkan yang diciptakan oleh organisasi sebagai sarana
komunikasi organisasi.
PENGERTIAN PENGAWASAN
Pengawasan bisa didefinisikan sebagai suatu usaha
sistematis oleh manajemen bisnis untuk membandingkan kinerja standar, rencana,
atau tujuan yang telah ditentukan terlebih dahulu untuk menentukan apakah
kinerja sejalan dengan standar tersebut dan untuk mengambil tindakan
penyembuhan yang diperlukan untuk melihat bahwa sumber daya manusia digunakan
dengan seefektif dan seefisien mungkin didalam mencapai tujuan.
George R. Tery (2006:395) mengartikan pengawasan sebagai
mendeterminasi apa yang telah dilaksanakan, maksudnya mengevaluasi prestasi
kerja dan apabila perlu, menerapkan tidankan-tindakan korektif sehingga hasil
pekerjaan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.
Robbin (dalam Sugandha, 1999 : 150) menyatakan pengawasan
itu merupakan suatu proses aktivitas yang sangat mendasar, sehingga membutuhkan
seorang manajer untuk menjalankan tugas dan pekerjaan organisasi.
Kertonegoro (1998 : 163) menyatakan pengawasan itu adalah
proses melaui manajer berusaha memperoleh kayakinan bahwa kegiatan yang
dilakukan sesuai dengan perencanaannya.
Terry (dalam Sujamto, 1986 : 17) menyatakan Pengawasan
adalah untuk menentukan apa yang telah dicapai, mengadakan evaluasi atasannya,
dan mengambil tindakan-tidakan korektif bila diperlukan untuk menjamin agar
hasilnya sesuai dengan rencana.
Dale (dalam Winardi, 2000:224) dikatakan bahwa pengawasan
tidak hanya melihat sesuatu dengan seksama dan melaporkan hasil kegiatan
mengawasi, tetapi juga mengandung arti memperbaiki dan meluruskannya sehingga
mencapai tujuan yang sesuai dengan apa yang direncanakan.
Admosudirdjo (dalam Febriani, 2005:11) mengatakan bahwa
pada pokoknya pengawasan adalah keseluruhan daripada kegiatan yang
membandingkan atau mengukur apa yang sedang atau sudah dilaksanakan dengan
kriteria, norma-norma, standar atau rencana-rencana yang telah ditetapkan
sebelumnya.
Siagian (1990:107) menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan
pengawasan adalah proses pengamatan daripada pelaksanaan seluruh kegiatan
organisasi untuk menjamin agar supaya semua pekerjaan yang sedang dilakukan
berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya.
Kesimpulannya, pengwasan merupakan suatu usaha sistematik
untuk menetapkan standar pelaksanaan tujuan dengan tujuan-tujuan
perencanaan,merancang system informasi umpan balik,membandingkan kegiatan nyata
dengan standar yang telah ditetapkan sebelumnya,menentukan dan mengukur
penyimpangan-penyimpangan serta mengambil tindakan koreksi yang diperlukan.
Tipe-Tipe Pengawasan
Dalam pengawasan terdapat beberapa tipe pengawasan
seperti yang diungkapkan Winardi (2000, hal. 589). Fungsi pengawasan dapat
dibagi dalam tiga macam tipe, atas dasar fokus aktivitas pengawasan, antara
lain:
a. Pengawasan Pendahuluan (preliminary control).
b. Pengawasan pada saat kerja berlangsung (cocurrent
control)
c. Pengawasan Feed Back (feed back control)
Penjelasan:
a. Pengawasan Pendahuluan (preliminary contro)
Prosedur-prosedur pengawasan pendahuluan mencakup semua
upaya manajerial guna memperbesar kemungkinan bahwa hasil-hasil aktual akan
berdekatan hasilnya dibandingkan dengan hasil-hasil yang direncanakan.
Dipandang dari sudut prespektif demikian, maka
kebijaksanaankebijaksanaan merupakan pedoman-pedoman untuk tindakan masa
mendatang. Tetapi, walaupun demikian penting untuk membedakan tindakan menyusun
kebijaksanaan-kebijaksanaan dan tindakan mengimplementasikannya.
Merumuskan kebijakan-kebijakan termasuk dalam fungsi
perencanaan sedangkan tndakan mengimplementasi kebijaksanaan merupakan bagian
dari fungsi pengawasan.
Pengawasan pendahuluan meliputi:
Pengawasan pendahuluan sumber daya manusia.
Pengawasan pendahuluan bahan-bahan.
Pengawasan pendahuluan modal
Pengawasan pendahuluan sumber-sumber daya finansial
b. Pengawasan Pada Waktu Kerja Berlangsung (concurrent
control)
Concurrent control terutama terdiri dari
tindakan-tindakan para supervisor yang mengarahkan pekerjaan para bawahan
mereka.
Direction berhubungan dengan tindakan-tindakan para
manajer sewaktu mereka berupaya untuk:
Mengajarkan para bawahan mereka bagaimana cara penerapan
metode-metode serta prosedur-prsedur yang tepat.
Mengawasi pekerjaan mereka agar pekerjaan dilaksanakan
sebagaimana mestinya.
Proses memberikan pengarahan bukan saja meliputi cara
dengan apa petunjuk-petunjuk dikomunikasikan tetapi ia meliputi juga sikap
orang-orang yang memberikan penyerahan.
c. Pengawasan Feed Back (feed back control)
Sifat kas dari metode-metode pengawasan feed back (umpan
balik) adalah bahwa dipusatkan perhatian pada hasil-hasil historikal, sebagai
landasan untuk mengoreksi tindakan-tindakan masa mendatang.
Adapun sejumlah metode pengawasan feed back yang banyak
dilakukan oleh dunia bisnis yaitu:
Analysis Laporan Keuangan (Financial Statement Analysis)
Analisis Biaya Standar (Standard Cost Analysis).
Pengawasan Kualitas (Quality Control)
Evaluasi Hasil Pekerjaan Pekerja (Employee Performance
Evaluation)
Perubahan dan Pengembangan Organisasi
KEKUATAN-KEKUATAN PENYEBAB PERUBAHAN
A. Kekuatan-kekuatan eksternal
Perubahan organisasi terjadi karena adanya
perubahan-perubahan dalam berbagai variable eksternal seperti system politik,
ekonomi, teknologi, pasar, dan nilai-nilai. Kenaikan biaya dan kelangkaan
berbagai SDA, keamanan karyawan dan peraturan-peraturan anti polusi, boikot
pelanggan adalah beberapa contoh factor-faktor lingkungan yang merubah
kehidupan orang baik sebagai karyawan maupun langgganan dalam tahun-tahun
terakhir. Berbagai kekuatan eksternal dari kemajuan teknologi sampai
kegiatan-kegiatan persaingan dan perubahan pola kehidupan, dapat menekan
organisasi untuk mengubah tujuan, struktur dan metode operasinya.
Kekuatan-kekuatan perubahan eksternal, meliputi :
1. Kebudayaan
2. Pendidikan
3. Sosial
4. Politik
5. Ekonomi
6. Teknologi
B. Kekuatan-kekuatan internal
Kekuatan-kekuatan pengubah internal merupakan hasil dari
factor-faktor seperti tujuan, strategi, kebijaksanaan manajerial dan teknologi
baru serta sikap dan perilaku para karyawan. Sikap dan ketidak puasan karyawan
seperti ditunjukkan dalam tingkat perputaran atau pemogokan, dapat menyebabkan
berbagai perubahan dalam kebijaksanaan dan praktek manajemen.
Kekuatan-kekuatan perubahan internal, meliputi :
1. Kegiatan-kegiatan karyawan
2. Tujuan organisasi
3. Strategi dan kebijaksanaa
4. Teknologi
5.
Cara-cara Penanganan Perubahan
Ada dua pendekatan penanganan perubahan organisasi:
1. Proses perubahan reaktif. Manajemen bereaksi atas
tanda-tanda bahwa perubahan dibutuhkan, pelaksanaan modifikasi sedikit demi
sedikit untuk menangani masalah tertentu yang timbul. Sebagai contoh, bila
peraturan baru dari pemerintah mensyaratkan perusahaan untuk mempunyai
perlindungan terhadap kebakaran, maka manajer mungkin akan membeli alat pemadam
kebakaran.
2. Program perubahan yang direncanakan (planned change),
disebut sebagai proses proaktif. Manajemen melakukan berbagai investasi waktu
dan sumberdaya lainnya yang berarti untuk menguibah cara-cara operasi
organisasi. Perubahan yang direncanakan ini didefinisikan sebagai perancangan
dan implementasi inovasi struktural, kebijaksanaan atau tujuan baru, atau suatu
perubahan dalam filsafat, iklim dan gaya pengoperasian secara sengaja.
Pendekatan ini tepat bila keseluruhan organissi, atau sebagian besar satuan
organisasi, harus menyiapkan diri untuk atau menyesuaikan dengan perubahan.
Di dalam proses perubahan, terdapat seorang atau individu
yang bertanggung jawab atas peranan kepemimpinan dalam proses pengelolaan
perubahan. Individu ini disebut dengan “Change Agent” (pengantar perubahan).
Sedangkan individu atau kelompok yang merupakan sasaran perubahan disebut
“sistem klien”. Pengantar perubahan ini dapat berasal dari para anggota
organisasi atau dapat sebagai konsultan dari luar organisasi.
Leavitt (1964), menyatakan bahwa organisasi dapat diubah
melalui pendekatan struktur, pendekatan teknologi, dan pendekatan
orang-orangnya. Pendekatan struktur adalah yang menyangkut aplikasi
prinsip-prinsip perancangan organisasi yang misalnya: desentralisasi, tanggung
jawab jabatan, garis wewenang yang tepat, penciptaan pembagian kerja dll.
Pendekatan teknologi berkaitan dengan diubahnya teknik-teknik yang dipakai
denga teknologi baru; perubahan ini dapat membawa konsekuesi pula pada
perubahan struktur organisasi (menjadi pendekatan tekno-struktur). Bila
pendekatan struktural dan teknik bermaksud untuk memperbaiki prestasi kerja
organisasi melalui pengubahan situasi kerja yang tepat, maka pendekatan-
pendekatan orang dimaksudkan untuk mengubah secara langsung perilaku karyawan
melalui pemusatan dan ketrampilan, sikap, persepsi dan pengharapan mereka
sehingga diharapkan akan melaksanakan tugas dengan lebih efektif. (dalam
Handoko, 1991).
Penolakan Terhadap perubahan
Penanganan penolakan terhadap perubahan:
1. Pendidikan dan Komunikasi.
Biasa digunakan bila ada kekurangan informasi atau
ketidakpastian informasi dan analisis.
2. Partisipasi dan Keterlibatan.
Biasa digunakan bila pengambilan inisiatif tidak
mempunyai semua informasiyang dibutuhkan umtuk merancang perubahan dan
oranglain mempunyai kekuasaan untuk menolak.
3. Kemudahan dan Dukungan.
Biasa dilakukan bila orang – orang pendakkan karna
masalah – masalh adaptasi atau penyesuaian.
4. Negosiasi dan Persetujuan.
Biasa digunakan bila banyak dari orang atau kelompok
dengan kekuatan cukup besar untuk menolak akan kalah dalm suatu perubahan.
5. Manipulasi dan Bekerjasama.
Biasa digunakan bila taktik – taktik lain dirasa kurang
bekerja maksimal dan di sisi lain biaya atau cost yang dikeluarkan besar .
6. Paksaan eksplisit dan implisit.
Biasa digunakan bila kecepatan adalah hal yang paling
penting dan para pengusul mempunyai kekuasaan yang besar.
Proses Pengelolaan Perubahan
Proses pengelolaan perubahan harus mencakup dua gagasan
dasar untuk mencapai efektifitas organisasi. Pertama ada retribusi kekuasaan
dalam struktur organisasi, kedua retribusi ini dihasilkan dari proses perubahan
yang bersifat pengembangan.
Tahap-tahap Proses Perubahan :
1. Tekanan dan desakan
Proses ini dimulai ketika manajemen puncak mulai merasa
adanya kebutuhan atau tekanan akan perubahan. Misalnya adanya perubahan
penjualan, penurunan produktivitas dan sebagainya.
2. Intervensi dan Reorientasi
Digunakan untuk merumuskan masalah dan dimulai proses
dengan membuat para anggota organisasi memusatkan perhatiannya pada masalah
tersebut. Pihak-pihak luar sering digunakan, juga staff internal yang mempunyai
dan dipandang ahli serta dapat dipercaya sebagai konsultan atau pengantar
perubahan.
3. Diagnosa dan pengenalan masalah
Informasi dikumpulkan dan dianalisa mana yang penting dan
tidak penting.
4. Penemuan dan pengenalan masalah
Pengantar perubahan mencoba menyelesaikan masalah-masalah
yang diketemukan dan masuk akal dengan menghindari “metode-metode lama yang
sama”. Bawahan didorong dan diajak untuk berpartisipasi, sehingga mereka lebih
terikat pada serangkaian kegiatan.
5. Percobaan dan hasil
Pada tahap keempat diuji dalam program-program yang
berskala kecil dan hasilnya dianalisa.
6. Pungutan dan penerimaan
Setelah diuji dan sesuai dengan keinginan, harus diterima
secara sukarela dan harus menjadi sumber penguatan dan menimbulkan keterikatan
pada perubahan.
Metode-metode penanganan penolakan terhadap perubahan
1. Pendekatan Pendidikan dan Komunikasi.
Pendekatan ini bisa digunakan bila ada kekurangan
informasi atau ketidak tepatan informasi dan analisa.
2. Pendekatan Partisipasi dan Keterlibatan.
Pendekatan ini bisa digunakan bila pengembangan inisiatif
tidak mempunyai semua informasi yang dibutuhkan untuk merancang perubahan dan
orang-orang lainnya, mempunyai kekuasaan untuk menolak.
3. Pendekatan Kemudahan dan Dukungan.
Pendekatan ini bisa digunakan bila orang-orang melakukan
penolakan karena masalah-masalah penyelesaian.
4. Pendekatan Negosiasi dan Persetujuan.
Pendekatan ini bisa digunakan bila banyak orang atau
kelompok dengan kekuatan cukup besar untuk menolak akan kalah dalam suatu
perubahan.
5. Pendekatan Manipulasi dan Bekerjasama.
Pendekatan ini bisa digunakan bila taktik-taktik lain
tidak akan bekerja, atau mahal.
6. Pendekatan Paksaan Eksplisit dan Implisit.
Pendekatan ini bisa digunakan bila kecepatan adalah
esensial dan para pengusul perubahan mempunyai kekuasaan cukup besar.
BERBAGAI PENDEKATAN PERUBAHAN ORGANISASI
Harold J. Leavitt menyatakan bahwa organisasi dapat
diubah melalui pengubahan struktur, teknologi dan atau orang-orangnya.
1. Pendekatan struktur
Pengubahan struktur organisasi menyangkut modifikasi dan
pengaturan sistem internal, seperti acuan kerja, ukuran dan komposisi kelompok
kerja, sistem komunikasi, hubungan-hubungan tanggung jawab atau wewenang.
Pendekatan struktural dibagi menjadi tiga kelompok yang terdiri dari :
a. Melalui aplikasi prinsip-prinsip perancangan organisai
klasik. Pendekatan ini berusaha untuk memperbaiki penciptaan pembagian kerja
yang tepat dari tanggung jawab jabatan para anggota organisasi, pengubahan
rentang manajemen, deskripsi jabatan dan sebagainya.
b. Melalui desentralisasi. Hal ini didasarkan pada
penciptaan satuan-satuan organisasi yang lebih kecil dan dapat berdiri sendiri
dan memutuskan perhatian pada kegiatan yang berorientasi tinggi. Hasilnya
perbaikan prestasi kerja.
c. Melalui modifikasi aliran kerja dalam organisasi.
Pendekatan ini didasarkan pada pemikiran bahwa aliran kerja dan pengelompokan
keahlian yang tepat akan berakibat kenaikan produktifitas secara langsung dan
cenderung memperbaiki semangat dan kepuasan kerja.
2. Pendekatan teknologi
Untuk mremperbaiki prestasi F.W. Taylor dan pengikutnya
mencoba menganalisa dan memperbaiki interaksi-interaksi pada karyawan dan
mesin-mesin untuk meningkatkan efisiensi sehubungan dengan perubahan teknologi
adakalanya perubahan yang dilakukan ternyata sering tidak cocok dengan struktur
organisasi.
Hal ini dapat menciptakan ketidak senangan dan pemutusan
hubungan diantara para anggota organisasi akibanya terjadi penurunan
produktifitas lebih banyak kecelakaan dan tingkat perputaran karyawan yang
tinggi.
Penggabungan pendekatan struktural dan pendekatan
teknologi (teknostruktural) bermaksud memperbaiki prestasi melalui perubahan
berbagai aspek, baik struktur organisasi maupun teknologinya, contohnya
pengenalan teknologi baru yang diikuti pengorganisasian kembali bagian-bagian
menjadi lebih kecil.
3. Pendekatan orang
Pendekatan orang bermaksud untuk mengubah secara langsung
perilaku karyawan melalui pemusatan pada keterampilan sikap, prsepsi dan
pengharapan mereka, sehingga dapat melaksanakan tugas dengan efektif.
Konsep pengembangan Organisasi
1. Pengertian Pengembangan Organisasi (OD)
a. Strategi untuk merubah nilai-nilai daripada manusia
dan juga struktur organisasi sehingga organisasi itu adaptif dengan
lingkungannya.
b. Suatu penyempurnaan yang terencana dalam fungsi
menyeluruh (nilai dan struktur) suatu organisasi.
2. Mengapa Pengembangan Organisasi (OD) Perlu Dilakukan?
Dalam kenyataannya organisasi seringkali terjadi stagnan
yang disebabkan keengganan manusia untuk mengikuti perubahan, dimana perubahan
dianggap bisa menyebabkan dis equilibrium. Hal ini mengakibatkan patologi dalam
organisasi sehingga perlu dilakukan evaluasi, adaptasi, kaderisasi dan inovasi.
Sebab-sebab penolakan/ penentangan terhadap perubahan
adalah :
a. Security
Merasa tidak aman dengan kondisi baru yang belum
diketahui sehingga perlu penyesuaian.
b. Economic (berkaitan dengan untung rugi)
Organisasi cenderung menolak perubahan karena tidak mau
menanggung kerugian dengan adanya perubahan.
c. Psikologis dan budaya/kebiasaan
· Persepsi
Persepsi yang salah bisa menjadi sumber terjadinya sikap
menentang terhadap perubahan.
· Emosi
Emosi akan menimbulkan prasangka sehingga cenderung
menolak perubahan.
· Kultur
Berguna sebagai dasar dalam menilai hal-hal baru yang
diterimanya.
Faktor –faktor penyebab dilakukannya pengembangan
organisasi adalah :
a. Kekuatan eksternal
· Kompetisi yang semakin tajam antar organisasi.
· Perkembangan IPTEK.
· Perubahan lingkungan baik lingkungan fisik maupun
sosial yang membuat organisasi berfikir bagaimana mendapatkan sumber diluar
organisasi untuk masa depan organisasi.
b. Kekuatan internal
Struktur, sistem dan prosedur, perlengkapan dan
fasilitas, proses dan sasaran bila tidak cocok akan membuat organisasi
melakukan perbaikan. Perubahan organisasi dilakukan untuk mencocokkan dengan
kebutuhan yang ada.
Didalam OD terdapat pendekatan integratif yaitu :
a. Adanya organisasi dan manajemen yang terencana ke arah
organisasi dan manajemen yang manusiawi.
b. Adanya perkembangan konsepsi latihan kepekaan dan
studi laboratorium. Pemikiran ini didahului oleh Kurt Lewin mengenai Counter
Group bergeser pda Incounter Group. Hal ini dirasa tidak bisa membantu didalam
prakteknya.
c. Pengembangan potensi manusia.
Geseran didalam OD terjadai pada nilai, proses dan
teknologi.
a. Geseran / perubahan nilai yang dibawa OD diantaranya
adalah:
· Penggunaan seluruh sumber-sumber yang tersedia.
· Pengembangan potensi manusia.
· Efektivitas dan kesehatan organisasi.
· Pekerjaan yang menarik dan menantang.
· Kesempatan untuk mempengaruhi lingkungan kerja.
· Penerimaan terhadap kemanusiaan.
Nilai yang dicari untuk mengembangkan OD adalah nilai
yang dianggap tepat, benar dan baik dalam pengelolaan SDM.
b. Geseran proses meliputi:
· Proses efektif
· Proses manajemen
· Proses pelaksanaan kerja
c. Geseran teknologi yang diutamakan adalah teknologi
yang bisa menjawab kualifikasi posisi manusia.
3. Karakteristik Pengembangan Organisasi
a. Keputusan penuh dengan pertimbangan.
b. Diterapkan pada semua sub sistem manusia baik
individu, kelompok dan organisasi.
c. Menerima intervensi baik dari luar maupun dalam
organisasi yang mempunyai kedudukan di luar mekanisme organisasi.
d. Kolaborasi.
e. Teori sebagai alat analisis.
4. Langkah-Langkah Pengembangan Organisasi
a. Penilaian keadaan.
b. Pemecahan masalah.
c. Implementasi.
d. Evaluasi.
ACTION RESEARCH (PENELITIAN TINDAKAN)
Action Research merupakan tindakan pemecahan masalah
organisasi yang dilakukan dengan berbasiskan data maupun model-model teori.
A. Tahap Penilaian Keadaan.
Didalam mengembangkan action research pada pengembangan
organisasi menggunakan pendekatan sistem yang terdiri dari 4 komponen (Karl
Albrecht) yaitu:
1. Sistem sosial
a. Orang-orang yang menjadi anggota organisasi.
b. Kekuatan formal dalam organisasi.
c. Nilai-nilai yang hidup dalam organisasi.
d. Norma-norma.
e. Sistem ganjaran.
f. Iklim sosial.
g. Jaringan komunikasi.
2. Sistem teknik
a. Orang-orang sebagai faktor produksi.
b. Fasilitas-fasilitas yang dipakai dalam faktor
produksi.
c. Sumber modal.
d. Bahan mentah.
e. Arus kegiatan/ kerja.
f. Metode dan prosedur kerja.
3. Sistem administrasi
a. Orang-orang yang melakukan aktivitas pekerjaan.
b. Struktur organisasi.
c. Unit-unit yangada dalam organisasi.
d. Media yang digunakan dalam penyampaian informasi.
e. Arus informasi.
4. Sistem strategi
a. Kelompok manajemen puncak.
b. Hubungan hierarkhi.
c. Sistem perencanaan.
d. Petunjuk tertulis tentang prosedur kerja.
e. Sistem informasi manajemen.
Selain 4 komponen pendekatan system diatas, untuk
mengadakan penilaian keadaan dapat pula dengan mempertimbangkan gaya
kepemimpinan dan pengembangan kelompok.
B. Tahap Pemecahan Masalah
1. Perumusan pemecahan masalah
a. Permasalahan yang hendak dipecahkan dicari gejala
permasalahannnya.
b. Apakah yang harus diubah untuk memecahkan permasalahan
tersebut.
c. Sasaran apa yang diharapkan dari perubahan dan
bagaimana sasaran itu diukur.
2. Peroleh data.
3. Analisa data.
C. Tahap Implementasi
Didalam tahap implementasi ini ada 3 pendekatan yang bisa
dilakukan yaitu:
1. Share power (karyawan/ staf dan pimpinan mempunyai
posisi yang sama dalam pengambilan keputusan).
2. Delegated (seberapa jauh karyawan berpartisipasi dalam
pengambilan keputusan)
3. Unilateral (tidak melibatkan karyawan)
Sedangkan Albrecht menitik beratkan tahap implementasi
pada model “gelandang eksekutif” yaitu yang melakukan pengembangan dalam organisasi
adalah pihak eksekutif (top manajer) dimana setiap anggota top manajer harus
memberikan perhatian dan tanggungjawab pada pelaksanaan kerja. Tugas dari
gelandang eksekutif itu sendiri adalah:
a. menyetujui agar setiap pekerjaan dapat dilaksanakan.
b. Meminta sumbangan pemikiran dari berbagai eksekutif.
D. Tahap Evaluasi
Tujuan :
1. Kesinambungan program.
2. Usaha membandingkan hasil dengan aktivitas yang
dilakukan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam tahap evaluasi:
1. Peninjauan Program.
Artinya setiap kegiatan harus dikaitkan dengan
keseluruhan program.
2. Menentukan fakta baru.
Artinya harus melihat kembali 4 komponen pendekatan
sistem.
· Sistem sosial (menyangkut norma dan nilai yang tumbuh
dalam organisasi)
· Sistem teknik (menyangkut perubahan dan mencari nilai
positif dari perubahan).
· Sistem administrasi (berkaitan dengan informasi dari
pimpinan ke staf/karyawan atau sebaliknya apakah ada hambatan atau tidak).
· Sistem strategi.
Keempatnya dikaitkan dengan meningkat atau menurunnya
produktivitas sehingga akan dapat diketahui berhasil atau tidaknya tujuan
organisasi.
3. Mementingkan yang positif.
4. Lebih memfokuskan pada hal-hal yang sedang
berlangsung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar